Rabu, 17 April 2013

Tak Beri Nafkah, Bupati Digugat Cerai Istrinya

AMBON, KOMPAS.com - Bupati Seram Bagian Barat (SBB) Jakobus F Putileihalat didugat cerai istrinya, Ratna, di Pengadilan Negeri (PN) Masohi. Gugatan serai tersebut didaftarkan Ratna sejak sepekan lalu dan terdaftar dengan nomor perkara 8 di PN Masohi.
Sidang perdana gugatan cerai Ratna terhadap suaminya akan berlangsung Rabu (11/4/2012) besok di PN Masohi. "Gugatan cerai sudah saya masukkan sejak sepekan lalu. Pengadilan Negeri Masohi dan sidang perdana akan digelar besok nanti. Tekad saya sudah bercerai dengan dia," kata Ratna saat dihubungi Kompas.com, Selasa (10/4/2012) siang.
Ratna mengatakan, ia terpaksa melayangkan gugatan cerai karena merasa tidak ada lagi kecocokan antara dirinya dan sang suami, baik dalam urusan rumah tangga maupun urusan lain. Ratna juga menilai suaminya sangat ringan tangan. Ia mengaku seringkali dipukuli oleh Putileihalat. Ratna menyatakan, dirinya telah mendapatkan sejumlah bukti hasil visum dokter atas dugaan kekerasan yang dilakukan Putileihalat terhadapnya.
"Saya terlalu menderita selama ini. Terus dizalimi dan diperlakukan secara tidak adil. Sejak dilantik untuk yang kedua kalinya di tahun lalu, hingga kini kita tidak pernah betemu. Saya juga tidak pernah menerima lagi nafkah lahir maupun batin," ungkap Ratna.
Ratna mengaku sudah mendapatkan dukungan keluarga, termasuk dari kedua anak dan orangtuanya untuk menggugat cerai suaminyua. "Saya tidak mau membawa anak-anak saya dalam masalah ini, tapi mungkin inilah keputusan yang terbaik untuk keluarga saya. Saya kecewa, saya sayang keluarga saya, tapi mau apa lagi," katanya.
Saat ditanya apakah gugatan cerai ada kaitannya dengan wanita idaman lain, Ratna enggan menjawabnya. Ia menyerahkan hal itu kepada masyarakat yang menilainnya. "Saya tidak mau ambil pusing soal itu. Yang saya pikirkan saat ini, proses perceraiaan harus berjalan cepat," kata Ratna.
Hingga berita ini ditayangkan, Putileihalat belum berhasil dihubungi. Sementara itu, Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten SBB mengaku tidak tahu-menahu soal masalah tersebut.
(Sumber : KOMPAS Selasa, 10 April 2012- Editor : Laksono Hari W)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar